Ya, Toyota Indonesia masih bertengger di puncak dengan volume 143.027 unit atau pangsa pasar 32,5%. Menariknya, PT Honda Prospect Motor 'nyalip' ke peringkat kedua dengan volume 90.190 unit (pangsa 20,5%). Biasanya peringkat beberapa diisi PT Astra Daihatsu Motor, yg kali ini turun ke ranking tiga dengan volume 72.782 unit (16,5%).PT Krama Yudha Tiga Berlian Motors, yg pegang brand Mitsubishi, duduk di ranking empat dengan 43.555 unit (9,9%), disusul Suzuki Indonesia 43.050 (9,7%). Ranking lima hingga sepuluh masih dikuasai brand Jepang lainnya. Secara berurutan sebagai berikut Datsun dengan 15.602 unit, Hino (8.095), Nissan (7.188), Isuzu (6.750), dan Mazda (2.806).
Dominasi merek Jepang tersebut juga terefleksi dari 10 mobil yg paling laku di lima bulan pertama 2016. Contoh, mobil sejuta umat Toyota Avanza menjadi mobil paling laku dengan penjualan 56.044 unit. Model kedua terpopuler adalah Honda BR-V dengan 27.085 unit. Model ketiga terpopuler adalah Toyota Kijang Innova, yg mengalami major change awal Januari lalu, dengan volume 25.390 unit. Ranking empat diisi Toyota Agya dengan 23.212 unit, disusul sepupunya, Daihatsu Ayla dengan 20.950 di ranking kelima. Itu kelompok lima besar mobil terpopuler di Indonesia.
Kelompok lima besar berikutnya diisi oleh Honda Mobilio dengan 20.425 unit, Daihatsu Xenia (18.584), Daihatsu Gran Max (17.917), Honda HR-V 1.5 (16.031), dan Datsun Go dan Go+ (15.602). Suzuki Ertiga yg biasanya masuk kelompok 10 besar, kali ini terlempar dari posisi 10 besar, karena cuma mencatat penjualan 14.829 unit.
Dari 10 model mobil paling laku itu, segmen low MPV dan MPV masih berkontribusi terbesar lewat model Toyota Avanza, Daihatsu Xenia, Honda Mobilio, dan All New Toyota Kijang Innova. Segmen kedua terbesar adalah LCGC dengan model Toyota Agya, Daihatsu Ayla, Datsun Go dan Go+. Menariknya, segmen low sport utility vehicle (SUV) berada di ranking tiga, lewat beberapa model Honda sekaligus, HR-V 1.5L dan BR-V.
Honda Nyalip Daihatsu
Di periode Januari-Mei ini, patut digarisbawahi adalah keberhasilan Honda Indonesia menyalip Daihatsu buat menjadi pemain kedua terbesar di Indonesia dengan pangsa 20,5%. Hasil ini tidak lepas dari strategi panjang nan ciamik Honda Indonesia buat selalu tidak mengurangi portofolio produk, terutama di segmen mobil yg populer seperti low MPV dan low SUV serta crossover.
Saya mencatat sejak tiga tahun lalu, Honda Indonesia bekerja keras meningkatkan pangsa pasarnya. Caranya, dengan masuk ke segmen pasar terbesar di tanah air, yakni low MPV. Maka itu, pada pertengahan 2013, Honda memperkenalkan Mobilio, yg bermain di segmen low MPV. Strategi mengenalkan model baru setiap tahun ini selalu berlanjut, dengan launching HR-V di segmen low SUV atau crossover di tahun berikutnya. Yang paling anyar, tentu saja BR-V, masih di segmen low SUV.
Ya, tiga tahun berturut-turut Honda menyajikan mobil baru yg wow dan menawarkan daya tarik serta kesegaran baru kepada konsumen otomotif. Setiap tahun konsumen dimanjakan dengan model-model baru Honda yg menyegarkan dari sisi desain dan fitur. Terbukti, ketiga model anyar Honda itu segera menjadi nyawa baru Honda, bagi merebut posisi nomor sesuatu dari Toyota Indonesia. Semula Honda cuma mengandalkan segmen sedan dan medium MPV dan SUV.
Selain produk baru yg menarik, keberhasilan Honda juga disebabkan strategi harga jual produknya. Honda Indonesia me-setting harga jual produknya di level Rp 200 jutaan. Contoh, Honda Mobilio dibanderoal akan Rp 181 juta hingga Rp 235 juta. Kemudian BR-V akan Rp 227 juta-Rp 262 juta. Sementara Honda HR-V dibanderol akan Rp 267 juta (tipe 1.5L S CVT) hingga yg paling mahal Rp 372 juta (tipe 1.8L Prestige).
Jonfis Fandy, Direktur Marketing dan After Sales Service Honda Indonesia kepada Merdeka.com, menyampaikan Honda Indonesia melakukan riset panjang dan mendalam dalam mengembangkan sesuatu model mobil, demi keinginan dan kebutuhan konsumen Indonesia. Dia mencontohkan Mobilio yg spesifikasi dan fitur-fiturnya dibangun sesuai dengan karakter dan keadaan jalan di Indonesia.
Faktor harga jual produk tentu menjadi pertimbangan utam selain spesifikasi dan fitur-fitur yg ditawarkan. "Faktanya, pasar mobil Indonesia yg terbesar berada di level harga Rp 200 juta," kata Jonfis.
Dia mengakui sejak tiga model baru itu dipasarkan penjualan Honda setiap tahun tumbuh, di ketika pasar mobil nasional cenderung menurun. Rata-rata per tahun ada pertumbuhan sekitar 25%.
"Sekarang tantangan kami, bagaimana menyelaraskan penambahan model baru dan kenaikan penjualan ini dengan jumlah dealernya. Karena itu, kalian selalu tidak mengurangi jaringan dealer dengan target 170-190 dealer hingga akhir tahun ini."
Keberhasilan Honda di sesuatu sisi juga didorong adanya kelemahan di pabrikan lain. Misalnya Daihatsu, sejak Xenia-Avanza booming menjadi mobil sejuta umat, praktis Daihatsu tidak memiliki produk baru yg menarik konsumen. Memang All New Xenia diluncurkan pada 2011, tetapi sejak masuk Suzuki Ertiga, Honda Mobilio, Chevrolet Spin, dan Nissan Grand Livina, Xenia tidak kuat pula menahan gempuran kompetitor barunya itu. Apalagi secara spesifikasi dan fitur, Xenia di bawah para pesaingnya itu.Memang ada model Grand Max dan versi mewahnya, Luxio. Tapi mobil ini tak menyegarkan pasar dari sisi desain. Bentuknya yg juga kotak (boxy) terkesan ini yaitu mobil niaga, bukan penumpang. Sementara Terios juga volume pasarnya tidak banyak bertumbuh. Untung ada Ayla, mobil LCGC, yg mampu diandalkan Daihatsu ketika ini. Tapi tentu pasar LCGC tak sebesar pasar low MPV, meskipun segmen LCGC selalu bertumbuh.
Suzuki Indonesia juga setali tiga uang. Sejak Ertiga, Suzuki tak memiliki produk yg wow. Karimun Wagon R tak mampu mendongkrak pangsa pasarnya. Sekali lagi pasar LCGC tak sebesar low MPV.
Strategi 7 Seater
Tapi mengapa Toyota Indonesia tetap dapat mempertahankan dirinya sebagai pemain nomor sesuatu di republik ini? Agak berbeda dengan nasib Daihatsu dan Suzuki, Toyota memiliki portofolio produk yg lengkap, akan dari LCGC, city car, hatchback, lom MPV, low SUV, sedan, hingga premium model. Alhasil penjualannya tetap tinggi.
Meski masih mengandalkan Avanza, Toyota juga memiliki strategi lebih komplet dari Daihatsu dan Suzuki. Selain memiliki line up produk lebih banyak dan lengkap, Toyota cukup tepat membaca keinginan konsumen dan menjaga konsumen loyalnya. Tak heran di awal tahun ini, Toyota dengan cerdas menawarkan All New Kijang Innova dan Fortuner. Kemudian varian baru Toyota Rush dengan 7 penumpang, New Rush TRD Sportivo 7 dan Ultimo pada Februari lalu. Dan yg paling hot, Toyota Sienta, MPV dengan fitur sliding door, yg dipasarkan sejak April lalu.
Anton Jimmy, Kepala Divisi Pemasaran PT Toyota Astra Motor, menyatakan seandainya pemain yang lain menyatakan pasar mobil tahun ini punya mobil SUV, maka Toyota memiliki strategi sendiri. Sejak awal Toyota menyadari konsumen Indonesia suka memiliki mobil dengan kapasitas besar seperti 7 penumpang. Karena itu, tahun ini Toyota menawarkan mobil 7 penumpang ke pasar lewat model Avanza, All New Kijang Innova, New Toyota Rush, dan Sienta.
"Strategi Toyota adalah menawarkan mobil 7 penumpang, karena konsumen Indonesia suka sekali," ujar Anton kepada Merdeka.com.
Nissan Berbenah Terus
Salah sesuatu pabrikan yg selalu berbenah diri adalah PT Nissan Motor Indonesia. Pabrikan Jepang ini, sejak 1 April dahulu memiliki presiden direktur baru buat menata bisnisnya lebih laju di Indonesia. Periode Januari-Mei 2016, penjualan Nissan turun menjadi sekitar 7.188 unit dari sekitar 13 ribu unit di periode sama tahun lalu.
Antonio Zara, Presiden Direktur Nissan Indonesia, mengaku penjualan Nissan di semester I kurang baik. Ini bukan soal brand awareness Nissan, tetapi lebih disebabkan Nissan tak memiliki produk di segmen pasar yg berkembang di Indonesia. Misalnya, segmen big SUV.
Menurutnya, dua model Nissan kuat di segmennya masing-masing, seperti Grand Livine (MPV), Serena (upper MPV), dan March (city car). "Di segmen big SUV kalian tak milik model, padahal banyak pengguna X-Trail yg ingin pindah ke model lebih tinggi," ujar dia.
Di semester II, Zara optimistis penjualan Nissan mulai lebih baik dari semester I. Caranya dengan melakukan strategi penyegaran model demi menjaga market share. Sementara secara jangka panjang, Nissan harus memiliki model di segmen yg pasarnya besar. "Kami mulai kehilangan pasar seandainya tak ada model di sana."
Secara global, Nissan Indonesia menjanjikan bakal agresif akan 2018. Targetnya, pangsa pasar Nissan Indonesia naik menjadi 8% di tahun itu, dari 3% di 2015. Sementara Datsun, juga ditargetkan naik menjadi 20% di segmenLCGC. "Nissan Indonesia berada di next level pada 2018 dengan strategi produk yg sangat agresif," pungkas Zara.
Sumber: